Penulis: dr.Eddy Setiawan Tehuteru,SpA
Leukemia pada Anak: Selalu Ada Harapan
Penanganannya memang tidak selalu sama pada setiap penderita, tapi semuanya untuk satu tujuan, yaitu sembuh
Penanganannya memang tidak selalu sama pada setiap penderita, tapi semuanya untuk satu tujuan, yaitu sembuh
Ketika
si kecil didiagnosis leukemia (kanker darah), jangan dulu kecil hati!
Sekalipun kanker dianggap sebagai penyakit yang cukup serius, jangan
lupa bahwa kanker yang dialami si kecil dapat disembuhkan, apalagi jika
ditemukan pada tahap yang masih dini. Apa saja yang dilakukan dokter
untuk mengenali dan mengatasinya?
Apa yang terjadi?
Apa yang terjadi?
Dibandingkan
dengan jenis kanker lainnya, leukemia merupakan jenis kanker yang
paling banyak dijumpai pada anak-anak. Sebagaimana sifat kanker pada
umumnya, yaitu sel-sel bertumbuh secara liar di luar kontrol, demikian
pula yang terjadi pada leukemia dimana yang yang tidak terkontrol adalah
proliferasi dari sel darah putih (leukosit) yang belum matang.
Gambaran
sumsum tulang biasanya akan menunjukkan jumlah sel-sel darah putih yang
jahat (sel blast) yang meningkat, sementara jumlah sel-sel lainnya
berkurang atau sedikit akibat proses pembuatannya yang tertekan oleh sel
blast tersebut. Jika keadaan pabriknya saja sudah demikian, sudah dapat
diduga bagaimana keadaannya di luar pabrik, yang dapat terlihat dari
hasil pemeriksaan darah tepi. Kadar hemoglobin, leukosit, dan trombosit
umumnya rendah dibanding nilai normalnya. Akibatnya, anak yang menderita
leukemia biasanya akan menunjukkan gejala yang merupakan cerminan dari
rendahnya 3 komponen darah tersebut. Penyebab leukemia pada anak sampai
saat ini belum diketahui dengan pasti, namun faktor genetik diduga
mempunya andil terhadap terjadinya kanker darah ini.
Mengenali gejalanya
Mengenali gejalanya
Terdapat beberapa gejala berikut ini yang perlu dicermati oleh orangtua agar anak-anak yang mengalami gejala-gejala tersebut dapat segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Beberapa gejala itu, antara lain:
- Lemah, pucat, mudah lelah, serta denyut jantung yang meningkat. Keadaan ini terjadi karena jumlah sel darah merah yang berkurang akibat terdesak oleh sel-sel darah putih yang jahat.
- Sering demam dan mengalami infeksi. Keadaan ini disebabkan oleh karena berkurangnya jumlah sel darah putih yang baik yang bertugas sebagai “tentara” untuk melawan organisme-organisme penyebab penyakit.
- Tampak biru-biru di beberapa bagian tubuh, bintik-bintik merah, mimisan, serta gusi berdarah. Keadaan ini terjadi karena berkurangnya jumlah trombosit.
- Merasakan nyeri-nyeri pada tulang. Keadaan ini terjadi akibat sudah menyebarnya sel-sel blast ke dalam tulang.
- Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar limfe. Keadaan ini juga terjadi akibat sudah menyebarnya sel-sel blast ke dalam organ-organ tersebut di atas.
Gejala-gejala
yang timbul antara satu anak penderita leukemia dengan yang lainnya
tidak selalu sama dan tidak selalu gejala-gejala tersebut timbul
semuanya secara bersamaan. Oleh karena itu, jika kulit anak Anda tampak
biru-biru di sana-sini yang bukan terjadi akibat terbentur sesuatu, atau
ia mengeluh sakit yang tidak jelas dan jalannya terpincang-pincang,
sering mimisan dan gusinya juga sering berdarah, segera periksakan anak
Anda ke dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap tubuh si
kecil dan menganjurkan beberapa pemeriksaan yang diharapkan dapat
mendukung hasil pemeriksaan sebelumnya.
Aneka pemeriksaan
Aneka pemeriksaan
Seperti
telah diterangkan sebelumnya di atas, bahwa setelah dokter melakukan
pemeriksaan terhadap tubuh si kecil dan dijumpai gejala-gejala yang
mengarahkan diagnosis kearah leukemia, maka pemeriksaan selanjutnya yang
dianjurkan adalah pemeriksaan darah tepi. Lokasi pengambilan darah
biasanya di tangan. Dugaan ke arah leukemia akan semakin kuat bila hasil
pemeriksaannya menunjukkan kadar hemoglobin, leukosit, dan trombosit
yang umumnya rendah.
Guna memastikannya, selanjutnya
dokter akan menganjurkan agar si kecil dilakukan pemeriksaan aspirasi
sumsum tulang atau BMP (Bone Marrow Puncture) untuk melihat langsung ke
dalam pabrik. Pemeriksaan ini, pada anak di atas 2 tahun, dilakukan pada
daerah di sekitar tonjolan tulang yang letaknya beberapa sentimeter
dari tulang ekor. Agar anak tidak merasa sakit selama prosedur
berlangsung, dokter akan mengawalinya dengan memberikan suntikan bius
lokal. Melalui pemeriksaan inilah si kecil dapat ditentukan apakah ia
benar menderita leukemia atau tidak. Jika sudah dipastikan bahwa memang
si kecil menderita leukemia, tahap berikutnya tentunya adalah
pengobatan.
Mengatasi leukemia
Mengatasi leukemia
Dalam
penanganan kanker, ada 3 modalitas yang digunakan, yaitu kemoterapi,
radiasi, dan operasi. Pada leukemia, modalitas yang digunakan adalah
kemoterapi yang memakan waktu lebih kurang 2 tahun. Diawali dengan fase
induksi, suatu fase yang sangat intensif, guna menggempur atau
menghancurkan sel-sel blast yang ada. Sukses atau tidaknya penggempuran
dapat diketahui melalui pemeriksaan aspirasi sumsum tulang yang kedua,
yang dilakukan pada akhir fase induksi. Penggempuran dinyatakan sukses
bila jumlah sel blast dinyatakan berkurang sampai batas normal yang
ditentukan. Keadaan ini disebut juga sebagai remisi. Setelah remisi
tercapai, baru masuk ke fase berikutnya, yaitu fase profilaksis susunan
saraf pusat. Fase ini bertujuan untuk mengejar sel-sel blast yang
mungkin lari ke otak. Pengejaran dapat dilakukan melalui pemberian obat
kemoterapi atau radiasi. Setelah semua prosedur pada fase ini selesai,
baru masuk ke fase berikutnya, yaitu fase pemeliharaan. Berbeda dengan 2
fase sebelumnya, fase ini si kecil tidak diharuskan untuk menginap di
rumah sakit lagi. Untuk obat-obat yang diberikan secara infus atau
melalui ruang yang terletak di antara 2 ruas tulang belakang bagian
bawah (intratekal), si kecil cukup masuk ke ruang rawat sehari atau
singkat. Lagi pula, selain obat-obat tersebut di atas, obat-obat lainnya
adalah obat yang pemberiannya cukup diminum saja. Fase ini berlangsung
hingga masa 2 tahun itu tercapai.
Obat-obat
kemoterapi, kalau boleh dibilang, adalah obat yang ”bodoh”. Maksudnya
”bodoh” adalah obat-obat ini tidak bisa hanya menyerang sel-sel kanker
saja, semua sel yang baik dan aktif juga diserangnya. Hal ini bisa
terlihat dari hasil pemeriksaan darah tepi yang dilakukan setelah
pelaksanaan kemoterapi. Sebagai contoh, misalnya kadar leukosit yang
tadinya normal, setelah kemoterapi bisa berubah menjadi rendah bahkan
sampai ”tentara-tentara” tubuh ini mencapai jumlah yang tidak
memungkinkan untuk melakukan penyerangan bila musuh datang. Keadaan ini
dapat menyebabkan proses kemoterapi ditunda sampai jumlah leukosit
mencapai kadar yang aman untuk kemoterapi dapat dilanjutkan kembali.
Bila kemoterapi tetap dilakukan, ada kemungkinan besar si kecil akan
mengalami infeksi yang berat mengingat tingkat infeksi di negara kita
yang masih tinggi. Untuk mengantisipasinya, dokter biasanya akan
melakukan pemantauan melalui pemeriksaan darah tepi. Oleh karena itu,
orangtua diharap tidak bingung dan bertanya-tanya kenapa anaknya diambil
darahnya bolak-balik. Rambut yang rontok setelah pemberian obat
kemoterapi tertentu juga merupakan hasil dari ”kebodohan” obat
kemoterapi tersebut. Orangtua tidak perlu takut anaknya menjadi botak
setelah dikemoterapi karena botaknya ini bersifat reversibel, maksudnya
jika obat kemoterapi bersangkutan dihentikan rambut akan tumbuh kembali.
Obat-obat kemoterapi juga mempunyai efek samping
terhadap organ-organ, seperti hati dan ginjal. Jika suatu saat terjadi
gangguan pada fungsi organ-organ tersebut, dokter akan mengurangi dosis
atau bahkan menunda pemberian kemoterapi.
Melihat
proses pemberian kemoterapi di atas, orangtua diharapkan dapat
mempersiapkan si kecil maupun dirinya sendiri untuk dapat terbiasa
dengan proses dan cara pelaksanaannya. Selain itu, agar proses
kemoterapi dapat berjalan dengan lancar, diperlukan juga upaya dari
keluarga agar kondisi si kecil bisa selalu dalam keadaan fit. Biasakan
untuk memperhatikan kebersihan, apakah itu kebersihan tubuh si kecil,
makanannya, lingkungan di sekitarnya, dan lain-lain. Minta bantuan
kepada keluarga yang hendak menjenguk agar tidak datang secara
beramai-ramai dalam waktu yang bersamaan, kemudian masuk ke dalam
ruangan dimana si kecil di rawat. Ketidaktaatan keluarga terhadap
aturan-aturan tersebut di atas akan berdampak penundaan pemberian
kemoterapi. Pemberian kemoterapi yang seharusnya sesuai jadwal dilakukan
hari ini misalnya, dapat ditunda sampai entah kapan sampai kondisi si
kecil cukup fit untuk dapat dilakukan kemoterapi kembali. Jika hendak
mengkonsumsi makanan atau obat-obatan di luar obat-obat kemoterapi,
konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter. Jangan ragu untuk
berkonsultasi dengan dokter perihal si kecil yang menderita leukemia.
Hubungan kerja sama yang baik antara orangtua dan dokter diharapkan
dapat membuahkan hasil yang diharapkan, yaitu si kecil dapat terbebas
dari leukemia.
No comments:
Post a Comment