Terpeleset di halaman rumah berdampak besar pada Ir Ambinari MSc. Tulang belakang perempuan 50 tahun itu retak sebagaimana tampak pada hasil foto rontgen. Ia menolak saran dokter yang akan menanam pin untuk memperkuat dan menyatukan tulang. 'Teman saya yang dipasang pin kerap merasa ngilu,' dalih Ambinari yang mengidap osteoporosis.
Ambinari memilih jalan penyembuhan dengan madu. Setiap hari ia mengkonsumsi sepertiga sendok madu 3 kali sehari. Hasilnya luar biasa. Enam bulan kemudian ia memeriksakan ke dokter, tulangnya menyatu kembali. Susiana juga merasakan khasiat madu. Tekanan darah perempuan 42 tahun itu amat rendah 80/65 mmHg-kadar normal 110/90 mmHg. Ia hanya bisa berbaring seharian karena kepala pusing. Begitulah penyakit darah rendah yang 20 tahun terakhir menghinggapi Susiana.
Susiana berharap kesembuhan dengan mengkonsumsi obat resep dokter. 'Hari ini minum obat, pusingnya baru hilang 3-4 hari kemudian,' kata perempuan kelahiran Madiun 19 Juli 1967 itu. Pada Agustus 2008, Susiana mengkonsumsi 1 sendok propolis-madu 5 kali sehari dengan interval 3 jam. Tiga hari kemudian ia memeriksakan diri ke dokter. Hasilnya sungguh menakjubkan, tekanan darah Susiana normal: 110/90 mmHg.
Komposisi lengkap
Mengapa madu membantu mengatasi osteoporosis? Pasien osteoporosis biasanya kekurangan kalsium. Menurut dr Robert Hatibie, ahli gizi di Jakarta, kalsium madu memperbaiki peristaltik di usus dan lambung sehingga penyerapan kalsium berjalan baik. Konsumsi madu juga menstabilkan tekanan darah. 'Madu mengandung ribuan zat gizi yang sifatnya mudah diserap tubuh,' kata dr Robert Hatibie. Makanya madu menjadi salah satu sumber energi tercepat mirip VCO.
Khasiat madu dan propolis terbukti sejak 2.000 tahun silam. Riset-riset terbaru mendukung ini. Kadar glukosa madu relatif rendah seperti hasil penelitian K. Ratnayani dari Jurusan Kimia Universitas Udayana, Denpasar. Kadar glukosa madu randu 27,13%; madu lengkeng, 28,09%. Bandingkan dengan kadar glukosa gula yang mencapai 80%. Artinya, madu relatif aman bagi penderita diabetes mellitus. Riset terbaru menunjukkan bahwa madu juga bersifat antibakteri. Penelitiannya dilakukan Thomas Henle dari Institut Kimia Pangan, Universitas Teknik Dresden, Jerman.
Sifat antibakteri madu berkat senyawa methilglioksal (MGO). 'Makin tinggi kandungan MGO pada madu, makin tinggi pula aktivitasnya melawan bakteri,' kata Kerry Paul, Presiden direktur Madu Manuka Selandia Baru, kepada Trubus. Uji praklinis madu manuka mengenyahkan bakteri Escherichia coli penyebab diare dan bakteri Staphylococcus aureus penyebab intoksitasi atau keracunan dan berbagai infeksi seperti jerawat, bisul, serta pneumonia.
Bisnis kepercayaan
Beragam produk madu-propolis kini beredar di pasaran. 'Ada sekitar 200 merek madu. Paling banyak produksi yang mengandalkan alam,' kata Bambang Sukartiko, ketua Asosiasi Perlebahan Indonesia.
Bermula dari sarang lebah asal Australia yang diterima pada 1974, lebah mulai diternak. Lebah-lebah itu diternakkan Bambang pada 20 kotak berukuran 40 cm x 45 cm x 25 cm yang menghasikan 20 kg madu. Kini, produksinya mencapai 20 ton madu setahun dari 300 kotak miliknya. 'Jumlah itu masih kurang dibandingkan permintaan Madu Apiari yang mencapai 100 ton madu per tahun,' kata Bambang.
Seiring kebutuhan meningkat, pemalsuan madu pun tinggi. Menurut Bambang hampir 80% dari produk madu yang beredar saat ini bukan madu asli alias diencerkan.
'Madu yang kami produksi sesuai standar nasional,' kata Budi Santoso, produsen Ratu Madu di Bekasi, Jawa Barat. Madu asli biasanya memiliki kadar air sangat rendah. Hal itu mudah dideteksi dengan menumpahkannya secara lurus ke dalam air. Jika madu mudah menyebar artinya kadar air tinggi atau sudah diencerkan.
Cahya Yudi Widianto, produsen madu di Madiun, Jawa Timur, mengembangkan produk madu-propolis yang terbukti efektif menggempur penyakit seperti anemia, demam berdarah, dan kanker di laboratorium Universitas Gajah Mada. 'Bisnis madu adalah bisnis kepercayaan. Dengan pengujian di laboratorium, masyarakat jadi lebih percaya madu bukan cuma menyehatkan tapi juga menyembuhkan penyakit,' kata Cahya.
Berpadu
Cahya tidak hanya mengandalkan madu, tetapi juga menyertakan beberapa produk sampingan lebah seperti royal jeli, propolis, dan serbuk sari lebah untuk pengobatan. Royal jeli atau susu lebah berwarna putih kental dihasilkan kelenjar hipofaringeal lebah perawat.
Kandungan utama royal jeli berupa protein 45%, lemak 13%, gula 20%, aneka garam mineral, dan aneka vitamin (B-kompleks dan E). Selain itu royal jeli juga mengandung hormon gonadotropin, penstimulir organ reproduksi ratu dan pemasakan telur. 'Royal jeli berkhasiat awet muda dan mempermudah mendapatkan keturunan,' kata Bambang.
Sedangkan polen lebah terbentuk dari serbuk sari bunga terpilih yang dikumpulkan lebah pekerja sebagai makanan. 'Konsumsi serbuk sari bunga meningkatkan energi dalam tubuh,' kata Iin Dharmadi dari PT Harmoni Dinamik Indonesia, distributor madu impor. Sedangkan propolis berasal dari getah kulit tanaman yang dikumpulkan lebah perawat dan kemudian dicampur dengan lilin dan air liur lebah.
Propolis melapisi pintu masuk sarang lebah yang berfungsi mensterilkan setiap lebah yang masuk. Propolis kaya antioksidan. Jumlah antioksidan propolis mencapai 9.674 atau 403 kali lebih banyak dibandingkan jeruk dan total fenol 135,68 atau 320 kali dibandingkan apel merah.
Menurut Bambang komposisi ketiga produk perlebahan itu berbeda-beda sehingga fungsinya berlainan. Namun, bukan tak mungkin ketiganya disatukan. Perpaduan royal jeli, madu, dan propolis menjadi penyembuh bagi kanker payudara. Jika madu dikonsumsi rutin sebagai bahan pangan, bukan tak mungkin menjadi obat. Persis seperti kata Aristoteles: jadikan makanan sebagai obatmu. (Vina Fitriani/Peliput: Rosy Nur Apriyanti).
No comments:
Post a Comment