Nurul Ulfah - detikHealth
Hannah Camille (foto: dailymail)
Jakarta,
Saat melihat dirinya di depan cermin, Hannah Camille merasa sangat
jelek, gendut, tidak berguna bahkan membenci dirinya sendiri. Gadis 26
tahun itu adalah korban penyakit Body Dysmorphic Disorder (BDD).
Penyakit itu berhasil membuatnya melakukan percobaan bunuh diri
setidaknya 8 kali saking bencinya ia pada tubuhnya sendiri.
Hannah
selalu merasa dirinya mendapat pandangan yang jijik dari teman-teman
prianya. "Setiap kali melihat diri sendiri di cermin, saya merasa
gendut. Saya melihat perut yang sudah menonjol keluar, pinggul yang
lebar dan kaki yang besar. Saya memang bisa melihat ada bagian tubuh
saya yang kurus, tapi saya menyingkirkannya dari pikiran," ujar Hannah
seperti dilansir dari Dailymail, Senin (16/11/2009).
"Saya
tidak tahan dengan pikiran jelek orang-orang yang seolah-olah jijik
melihat saya. Saya hanya fokus pada itu saja yang akhirnya membuat saya
depresi dan mencoba bunuh diri. Rasanya tidak ada gunanya lagi saya
hidup. Saya jadi tidak takut mati," tutur Hannah.
Hannah
mulai mengalami gejala BDD ketika memasuki usia puber, yaitu saat
usianya masih 9 tahun. Pada saat usianya 12, ia mengalami anoreksia dan
pada usia 16 tahun ia menjadi sangat depresi sampai-sampai tidak mau
pergi sekolah. Percobaan bunuh diri pun dilakukan Hannah pada saat
usianya 15 tahun dengan menggunakan obat pereda rasa nyeri secara
overdosis.
Meski sudah mencoba bunuh diri hingga beberapa
kali, tapi ia selalu berhasil terselamatkan. Ia diselamatkan oleh
teman-temannya dan 2 kali diselamatkan oleh Heather Samuels, wanita tua
berusia 69 tahun yang ternyata adalah seorang terapis. Ia pun
menyarankan agar Hannah melakukan terapi foto.
Dan
ternyata terapi foto itu berhasil menyembuhkan penyakit Hannah
perlahan-lahan. "Dengan melihat foto-foto itu, saya menganggap saya
sebagai bagian dari sebuah seni, bukan sebagai diri saya sendiri. Terapi
itu benar-benar membantu saya menerima diri saya apa adanya tanpa
pikiran tentang bentuk tubuh. Foto itu membuat saya merasa bagaikan
orang secara utuh," ujar Hannah.
"Mungkin penyakit BDD itu
tidak akan pernah berakhir, tapi dengan mengatakan bahwa saya baik-baik
saja semuanya bisa diatasi. Jika sudah melihat cermin dan berkata 'saya
terlihat baik-baik saja', maka saya bisa pergi keluar dan melakukan
semuanya dengan normal. Saya bisa pergi belanja atau piknik, saya merasa
jauh lebih baik dari sebelumnya," kata Hannah.
Kini,
Hannah mencoba mendorong sesama penderita BDD untuk melakukan terapi
foto dan untuk melihat tubuhnya sebagai sebuah objek yang patut diterima
dan disyukuri. "Hidup rasanya lebih indah ketika kita bisa menerima
diri sendiri apa adanya," tambahnya.
No comments:
Post a Comment